Tuesday, October 10, 2017

Cara Menghitung Kebutuhan Cut and Fill Lahan Sederhana

Assalamu'alaykum. Pembaca yang semoga di rahmati Allah SWT. kali ini saya ingin berbagi mengenai cara menghitung kebutuhan cut and fill suatu lahan.
Walau sederhana, tapi juga dapat dikembangkan nanti untuk kebutuhan landscaping maupun membuat kavlingan rumah misalnya.
Ok. Pada kesempatan ini saya menggunakan alat Total Station dengan extension .SDR pada hasil outputnya.
TOTAL STATION

Dimana hasil output dengan extension SDR ini akan di convert menjadi .xls (ms excel), hal ini dibutuhkan untuk mengetahui koordinat titik-titik yang ditinjau sehingga dapat di running menggunakan software AutoCAD untuk mengambarkan hasil cross section (potongan melintang).

1. Jalankan software total station Anda. Kesempatan kali ini saya menggunakan      Sokkia Link.
Running Software Sokkia Link Total Station
2. Klik Menu Data, lalu pilih Total Station
Pilih Alat yang Digunakan
3. Buat data input SDR20/SDR 33 kemudian klik Open Data.

4. Pilih data ukur dengan ekstensi .SDR yang sudah Anda dapatkan dari data pengukuran menggunakan Total Station. Pilih Open.
5. Akan muncul Koordinatnya E (east), N (North), Z (Elevasi) yang kita butuhkan untuk membuat cross section. Klik Export, pilih ekstensi .Xls lalu OK. 
6. Maka akan muncul hasil output dalam bentuk excel dengan ekstensi .xls.
Pada kolom North, East dan Elavation Dicopy ke sheet baru.
Hasil Output dalam Bentuk Excel
Hasil Copy E,N, dan Z (Elevasi) ke Sheet baru

7. Ok. Berikutnya buatlah kolom baru di sebelah Z (Elevation) yaitu kolom "Koordinat". 

Keterangan nilai N untuk mengetahui cross section, E berfungsi untuk mengetahui jarak setiap titik yang ditembak, dan Z merupakan keterangan elevasi pada setiap titik yang ditembak.

Visualisasi North dalam Kasus Ini

Visualisasi East dalam Kasus Ini
8. Pada Kolom Koordinat, ketikan = lalu klik fx (insert function) pilih concatenate dan pilih OK. Selanjutnya ikuti instruksi pada gambar dibawah ini

Pada Text1 = Klik lah Kolom East untuk arah X-nya
Pada Text2 = Ketik "," (Tiap excel berbeda, bisa "," atau "." , tergantung pada settingan excel)
Pada Text3 = Klik Kolom Z Elevation utuk arah Y-nya
Kemudian Enter


 Seret hasil yang sudah ada agar format formula dapat diduplikasi sampai pada cross section terakhir



Wednesday, July 26, 2017

CARA MEMBUAT TEXT MENGIKUTI KURVA

Membuat text mengikuti kurva. hmmm... iseng-iseng, dah lama ga nge-blog nih. Mau cari ide buat bahan artikel tapi masih agak butek2 gtuuu :D.

Ok. kali ini kita akan membuat text mengikuti kurva (arc). Yah, gak penting-penting amat sih, tapi apa salahnya saling berbagi... hehehe..

Langsung saja, beriku tahapan membuat text melengkung mengikuti kurva.
1. Ketik " A " untuk membuat arc pada command prompt.
2. Setelah itu buatlah kurva yang akan menjadi sumbu bagi text kita nanti, Enter.

3. Ketik "Arctext" pada command prompt, Enter.
4. Klik kurva yang telah kita buat tadi.
5. Muncul kotak dialoga ArcAlignedTextWorkshop

6. Ketikan "Portal Konstruksi" pada kolom text, lalu OK.
7. Hapuslah kurva acuan.


Sekian dulu, kawan Portal Konstruksi. Selamat mencoba dan Berkunjung kembali yaaa...

Thursday, October 27, 2016

Perencanaan Bangunan Baja

Seperti kita ketahui, tujuan dibuatnya suatu peraturan bangunan pda umumnya ialah supaya dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu konstruksi bangunan, syarat-syarat minimum yaitu strength, stability, serviceability dan durability dapat dijamin. Selain itu, ingin pula dicapai keseragaman dalam perencanaan dan pelaksanaannya.

Di negara kita hingga kini telah digunakan peraturan baja dari berbagai negara, antara lain : Belanda (TGB 1972), Amerika (AISC 1969), Inggris (BS 449), Australia (AS 1250). Pemilihan atas salah satu peraturan tersebut untuk diterapkan biasanya tergntung pada perencana bangunan yang bersangkutan.
Disusunnya "Konsep Peraturan Konstruksi Baj untuk Gedung-Gedung di Indonesia 1977" oleh Yayasan Dana Normalisasi Indonesia merupakan suatu langkah maju kearah tercapainya keseragaman penggunaan peraturan konstruksi baja di negara kita. Konsep tersebut setelh diperbaiki dinamakan  "Konsep Peraturan Konstruksi Baja Indonesia 1980" (Konsep PKBI 1980) dan kemudian menjadi "Konsep Peraturan Perencanaan Bangunan Baja (PPBB) 1983'.

Sifat-Sifat Bahan
Sesuai dengan yang tercantum dalam konsep PPBB 1983 untuk baja bangunan hendaknya dipakai :
Modulus Elastisitas (E=2,1 x 105)
Modulus Gelincir/Geser (G = 0,81 x 105)
Angka perbandingan Poisson (u =0,30)
Koefisien Pemuaian Linear (at = 12 x 10-6 per OC)

Tuesday, September 20, 2016

TURAP

Turap berfungsi untuk menahan tanah agar tidak longsor maupun mencegah rembesan. Adapun bahan dari turap yang biasa digunakan adalah beton, baja atau kayu. Bahan baja dan beton banyak digunakan sekarang, sedangkan untuk kayu relatif jarang, jika adapun hanya untuk konstruksi sementara.

Pemasangan turap (sheet pilling) memang sering dipakai untuk pekerjaan sementara seperti penahan tebing galian dan bendungan pengelak. Namun, turap yang digunakan untuk struktur penahan tanah di pelabuhan biasanya digunakan permanen.

Keuntungan dari Turap:
·      Pekerjaan konstruksi praktis
·      Waktu pelaksanaan lebih cepat
·      Lebih efektif terhadap gempa karena konstruksinya ringan
·      Lebih mudah didesain untuk macam-macam kondisi tanah
·      Lebih efektif dan ekonomis bila didesain berdasarkan teori elastis karena   
    tingginya kelenturan

Beberapa Macam Turap:
1.  Tipe Turap Kantilever
Keuntungan:
 Sangat sesuai dengan konstruksi penahan berskala kecil
Cocok untuk konstruksi yang mengizinkan kecilnya displacement
Tidak memerlukan ruang bebas yang terlalu besar dibelakang konstruksi
Biasanya untuk konstruksi sementara kecuali bahan beton sering digunakan untuk konstruksi permanen

2.  Tipe Turap Jangkar
Keuntungan:
Biasanya untuk konstruksi permanen
Harus tersedia ruang bebas dibelakang konstruksi untuk menanam jangkar
Sesuai untuk konstruksi skala besar

Prinsip Perhitungan Turap:
1. Menentukan kedalaman turap dengan cara:
  > cara pertama: menjumlah momen ke titik putar sama dengan nol
  > cara kedua: menggunakan cara Blum
2. Menentukan momen maksimum yang terjadi pada turap
3. Menentukan profil turap yang dipakai

Catatan:
Sudut geser antara tanah dan turap [δ]----dibaca delta:
> Sebagai tekanan tanah aktif
δa = + (1/3) φ (untuk tanah kohesif/ banyak lempung) ----> φ = sudut geser dalam
δa = + (2/3) φ (untuk tanah non kohesif/ banyak pasir)
> Sebagai tekanan tanah pasif
δa = - (1/3) φ (untuk tanah kohesif/ banyak lempung) 
δa = - (2/3) φ (untuk tanah non kohesif/ banyak pasir)


Referensi:
Mekanika Tanah II (Hary Christady)
Channel youtube Bapak Eddy Edwin 

Friday, September 9, 2016

TIPE BENDUNGAN

Bendungan dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok tergantung pada tujuan pengelompokannya. Didalam kriteria ini, bendungan dikelompokkan berdasarkan tiga hal berikut, yakni: fungsi, desain hidrolik dan material yang digunakan.



1. Pembagian Tipe Bendungan Berdasarkan Fungsi

Berdasarkan fungsinya tipe bendungan dapat dibedakan menjadi:
- Bendungan Penampung air. Dibangun untuk penampung air pada saat kelebihan dan digunakan pada saat kekurangan. Pada umumnya penampung dilakukan pada musim hujan kemudian digunakan pada musim kemarau. Lebih rinci lagi bendungan penampung air dapat dibedakan berdasarkan tujuan penampungan airnya yaitu untuk : air baku, pembangkit listrik, perikanan, rekreasi dan lain sebagainya. Tujuan atau tujuan khusus pembangunan bendungan sering berpengaruh pula pada desain strukturnya  dan mungkin perlu ditentukan kriteria besarnya fluktuasi muka air waduk dan besar debit rembesan yang diizinkan.

Thursday, September 8, 2016

PENGELAKAN SUNGAI

1. Tipe Pengelakkan Sungai.

Beberapa tipe pengelak sungai yang lazim sebagai berikut:

a. Pengelakan seluruh lebar sungai dengan saluran tertutup berupa konduit atau terowong pengelak/deiversion tunnel.
b. Pengelakkan berupa saluran terbuka/diversion channel
c. Pengelakan pada sebagian lebar sungai dengan saluran terbuka atau gorong-gorong.

Dalam persiapan pelaksanaan pengelak sungai  perlu dikaji ulang mengenai hal-hal sebagai berikut:

a. Karakteristik DAS antara lain frekuensi kejadian banjir, debit banjir, volume banjir dan lamanya banjir.
b. Kondisi topografi sungai, lebar sungai, adanya kelokan/meander.
c. Kondisi geologi dari pondasi saluran pengelak dan bendungan pengelak.
d. Kondisi topografi dan geologi bangunan inlet dan outlet
e. Jangka waktu pelaksanaan konstruksi bendungan.
f. Tingkat bahaya di daerah hilir apabila terjadi kerusakan pengelak.

Penentuan debit banjir rencana berdasarkan ketentuan pada Standar yang berlaku. Penentuan dimensi saluran pengelak dan tinggi bendungan pengelak/cofferdam berdasarkan perbandingan beberapa alternatif yang dipilih dengan tinjauan yang paling aman dan ekonomis.

Wednesday, September 7, 2016

PEMANTAUAN PERILAKU BENDUNGAN

Pada saat setelah pengisian waduk, kondisi tubuh bendungan, pondasi, kedua tebing tumpuan kiri dan kanan dan bangunan pelengkap dapat mengalami perubahan yang signifikan. Perubahan dan perilaku bangunan tersebut harus dipantau dan diamati oleh inspektur atau operator waduk dan dicermati apakah ada perubahan yang menyimpang yang mempengaruhi keamanan bendungan.

Pemantauan perilaku bendungan dan waduk terdiri dari inspeksi visual dan pengamatan instrumentasi secara berkala setelah pengisian waduk, dimana sebagai acuan adalah Pedoman Inspeksi Bendungan.

Laporan berdasarkan data pemantauan harus dibuat setiap selesai melakukan inspeksi dan pembacaan instrumen yang berisikan evaluasi dan analisis mengenai perilaku bendungan yang menyimpulkan apakah bendunagan dalam kondisi aman atau tidak.

A. Sistem pemantauan keseluruhan bendungan dan waduk dilaksanakan seperti berikut:

1. Kondisi umum
Permukaan air waduk, dan ombak, angin, dan kondisi cuaca, kejadian atau peristiwa yang tidak seperti biasanya.